Pekanbaru, 12 Juli 2017 – Sejalan dengan program Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan kemandirian pangan dan kesejahteraan petani, Asian Agri memperluas kemitraan dengan petani swadaya melalui Komitmen Kemitraan One to One.
Dengan berfokus pada peningkatan produktivitas dan pemberdayaan petani, Asian Agri menargetkan pengelolaan kebun sawit petani mencapai 100,000 hektar pada tahun 2018.
Petani kelapa sawit memiliki peran penting dalam mendukung praktik perkebunan yang berkelanjutan. Untuk menjalankan peran tersebut, kebanyakan petani memiliki keterbatasan dalam berbagai hal seperti minimnya pengetahuan akan pengelolaan perkebunan yang ramah lingkungan, termasuk praktik tanpa bakar, pemilihan bibit dan perawatannya, serta pemanfaatan limbah untuk pupuk dan bahan baku energi. Kontribusi petani juga menjadi tantangan tersendiri bagi keberlanjutan industri kelapa sawit nasional.
Omri Samosir, Regional Head Asian Agri wilayah Riau mengungkapkan bahwa menjalin sebuah kemitraan bukan hanya dilakukan untuk menambah luasan areal, tetapi juga untuk dapat meningkatkan kualitas produksi para petani mitra. “Kami menerapkan program kemitraan yang saling membangun, memberi manfaat dan adaptif terhadap kondisi sosial, ekonomi dan budaya para petani setempat. Program ini juga mendorong terwujudnya kemandirian pangan melalui praktik perkebunan yang berkelanjutan melalui pemberdayaan dan pendampingan petani.”
Berbekal pengalaman kemitraan dengan petani plasma lewat program PIR-Trans sejak tahun 1987, Asian Agri terus mengembangkan kemitraan dengan petani swadaya sejak tahun 2012. Saat ini Asian Agri mengelola kebun inti perusahaan seluas 100,000 hektar dan bermitra dengan petani plasma yang mengelola lahan seluas 60,000 hektar dan petani swadaya yang mengelola 25,000 hektar lahan kelapa sawit, yang tersebar di Provinsi Sumatera Utara, Riau dan Jambi.
Sebagai salah satu provinsi yang menjadi produsen kelapa sawit nasional terbesar di Indonesia, petani kelapa sawit di Riau merupakan cerminan pentingnya peran petani sawit dalam mendukung keberlanjutan industri kelapa sawit nasional. Menurut data Statistik Perkebunan Indonesia 2014-2016 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan, dari total 2,462,095 hektar lahan kelapa sawit, sebesar 1,441,705 hektar dikelola oleh para petani, 931,662 hektar dikelola oleh perusahaan swasta, dan sisanya milik negara. Potensi besar dapat dilihat dari angka produksi yang dihasilkan. Dari total 1,4 juta hektar lahan kelapa sawit, produksi petani hanya mencapai 3,852,473 MT per tahun. Hal ini sedikit berbeda dengan perusahaan swasta yang dengan 900 ribu hektar mampu menghasilkan 3,591,262 MT per tahun. Selisih tersebut menunjukkan adanya potensi besar yang harusnya dapat dimanfaatkan melalui kemitraan dengan petani dalam mengelola kebun kelapa sawit.
Pengarapen Gurusinga, Head Kemitraan Asian Agri menjelaskan bahwa pembinaan terhadap petani swadaya bertujuan meningkatkan produktivitas kebun sawit mereka. “Sebelumnya, para petani swadaya ini ada yang hanya mengirim Tandan Buah Sawit (TBS) dan belum bermitra. Hubungan yang terjalin sebatas kepentingan jangka pendek, yakni jual-beli TBS.”
Keberhasilan Petani Plasma
Di awal kemitraan dengan petani plasma, Asian Agri membuat skema pendampingan dari awal pembukaan lahan sampai kepada penjualan buah sawit. Pada tahap pembukaan lahan, perusahaan membantu penyediaan akses benih sawit, membangun kebun serta memfasilitasi para petani dengan pihak perbankan terkait pembiayaan. Setelah tanaman mulai menghasilkan, kebun diserahkan kepada para petani, sedangkan pendampingan petani terus berlanjut.
Dari sisi produktivitas, pendampingan intensif terhadap petani plasma mampu menghasilkan 18 – 22 ton TBS per hektar. Tim R&D Center Asian Agri turut mengembangkan bibit unggul Topaz yang mendukung peningkatan produktivitas kebun sawit petani selama masa produktif 25 – 30 tahun.
Kemitraan dengan petani plasma saat ini mulai memasuki fase kedua, dimana kebun para petani sudah mulai diremajakan/replanting. Dukungan Pemerintah Indonesia terhadap pengelolaan kebun sawit berkelanjutan antara lain diwujudkan melalui penyerahan perdana bantuan peremajaan kebun sawit rakyat kepada 135 petani kelapa sawit mitra Asian Agri yang tergabung dalam KUD Mulus Rahayu, Riau, pada bulan April 2016.
“Komitmen untuk mengikuti program replanting bersama Asian Agri merupakan penegasan rasa percaya para pihak untuk melanjutkan kemitraan jangka panjang tahap kedua, yang berlangsung hingga 20 – 25 tahun mendatang. Kami terus mengedukasi para petani untuk konsisten menerapkan praktik terbaik pengelolaan kelapa sawit, memfasilitasi pembentukan kelompok hingga penyediaan akses pendanaan dan micro financing,” Gurusinga menegaskan.
Pemberdayaan Petani Swadaya
Keberhasilan mendampingi petani plasma mendorong Asian Agri untuk mengembangkan pola serupa bersama petani swadaya di tahun 2012, dengan membangun kemitraan petani swadaya secara terorganisir dalam wadah kelompok tani ataupun koperasi.
“Awalnya, kami berusaha menyederhanakan rantai pasok para petani swadaya dengan memberikan akses untuk bisa menjual buah langsung ke perusahaan, sehingga harga TBS petani lebih baik – tidak melalui agen pengepul,” kata Gurusinga.
Selanjutnya, untuk meningkatkan produktivitas perusahaan juga turut mengedukasi kelompok petani swadaya termasuk memfasilitasi pinjaman lunak untuk pembelian pupuk, pestisida, dan alat produksi yang diperlukan. Dana pinjaman lunak tersebut juga dapat digunakan untuk memperbaiki jalan sebagai akses transportasi, sehingga waktu tempuh pengiriman buah ke pabrik dapat dipersingkat dan kualitas TBS tetap terjaga. Para petani pun dapat mencicil kewajiban mereka melalui potongan penjualan TBS kepada perusahaan.
Gurusinga menyebutkan salah satu kelompok petani swadaya mitra yang berprestasi yakni Asosiasi Petani Swadaya Amanah. Beranggotakan lima ratus petani kelapa sawit di Riau, Asosiasi Amanah menjadi petani swadaya pertama yang meraih sertifikat Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) di semester pertama tahun 2017.
Dengan Komitmen Kemitraan One to One, Asian Agri mengadaptasi dan menduplikasi pola kemitraan yang sama dengan petani plasma untuk diterapkan kepada petani swadaya nasional, sehingga kesejahteraan petani swadaya akan meningkat, melalui kenaikan produksi dan pendapatan petani yang lebih tinggi dari rata-rata pendapatan petani sawit pada umumnya. “Kami menargetkan kemitraan perusahaan di tahun 2018 akan mencapai 40,000 hektar kemitraan petani swadaya dan 60,000 hektar kemitraan petani plasma. Dengan demikian, Komitmen Kemitraan One to One ini akan terwujud di tahun depan, dimana total lahan sawit petani mitra Asian Agri akan sama luasnya dengan kebun inti yakni masing-masing berjumlah 100,000 hektar,” ujar Gurusinga.
***
Sekilas mengenai Asian Agri:
Asian Agri merupakan salah satu perusahaan swasta nasional terkemuka di Indonesia yang memproduksi minyak sawit mentah (CPO) sejak tahun 1979 dan mempekerjakan sekitar 25,000 orang saat ini. Sejak tahun 1987, Asian Agri telah menjadi perintis program Pemerintah Indonesia Perkebunan Inti Rakyat Transmigrasi (PIR – Trans). Saat ini, perusahaan mengelola 100,000 hektar lahan dan bermitra dengan 30,000 keluarga petani di Riau dan Jambi yang mengoperasikan 60,000 hektar perkebunan kelapa sawit.
Keberhasilan Asian Agri menjadi salah satu perusahaan terkemuka CPO telah diakui secara internasional dengan sertifikasi ISO 14001 untuk semua operasinya. Learning Institute di Pelalawan, Riau, serta pusat pembibitan di Kampar, Riau, juga telah bersertifikat ISO 9001. Selain itu, pusat penelitian dan pengembangan Asian Agri di Tebing Tinggi juga telah memperoleh sertifikasi oleh International Plant – Analytical Exchange di lab WEPAL di Wageningen University di Belanda, untuk standar yang tinggi.
Lebih dari 86% dari perkebunan Inti Asian Agri di Provinsi Sumatera Utara , Riau & Jambi serta perkebunan petani plasma di Provinsi Riau & Jambi telah bersertifikat RSPO .
Pada saat yang sama, ISCC (International Sustainability & Carbon Certification) telah dicapai oleh seluruh kebun baik yang dimiliki oleh Asian Agri maupun petani binaannya.
Pabrik minyak kelapa sawit dan perkebunan di Buatan, Ukui, Soga, Tungkal Ulu & Muara Bulian juga telah mendapatkan sertifikat ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil).
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Lidya Veronica |
Humas Asian Agri |
E-mail: Lidya_Veronica@www.asianagri.com |
DID: +62 61 4532 155 |
Hp: +62 812 6026 460 |