Metrotvnews.com, Siak: Integrasi kelapa sawit dengan sapi memberi harapan untuk mengatasi kekurangan produksi daging dalam negeri. Bukan mustahil cara ini bisa membuat Indonesia kembali swasembada daging sapi.
Paling tidak, keberhasilan integrasi kelapa sawit – sapi sudah dibuktikan oleh Mundir. Pria transmigran asal Sumenep, Madura, itu memelihara 300 sapi di kandang berukuran 25 meter x 25 meter. Ada sapi Bali, Limousin dan Brahman. Ia merupakan satu dari 29 ribu plasma PIR-Trans Asian Agri.
“Paling bagus sapi Limousin dan Brahman,” Mundir menjelaskan dengan sisa-sisa logat Madura. Saat ditemui Metrotvnews.com di Desa Bukit Harapan, Kecamatan Kerinci, Kabupaten Siak, Riau, akhir pekan lalu, ia menerangkan kedua jenis sapi itu pertumbuhannya cepat. Mengalahkan pertumbuhan sapi Bali.
Sapi Brahman memiliki punuk yang besar dan kulit yang menjuntai lebar. Sapi asal India ini dicirikan gelambir di bawah kepala yang amat besar dan lebar.
Sapi Limousin berbulu cokelat tua, kecuali bagian lutut ke bawah yang berwarna putih dan sekitar mata berwarna lebih muda. Bersama Brahman, sapi yang pertama kali dikembangbiakkan di Perancis itu mudah ditemukan di Indonesia.
Idul Adha lalu, sapi Limousin dan Brahman ia lepas dengan harga Rp40 juta per ekor. Beratnya rata-rata di atas satu ton. Bahkan ada yang mencapai 1,3 ton.
Sedangkan sapi Bali harganya lebih murah, sekitar Rp25 juta. Karena bobotnya hanya sekitar 500 kg hingga 600 kg. “Padahal, pakannya sama,” kata Mundir.