Liputan6.com, Pelalawan – Dianggap sebagai orang ‘buangan’ dari Pulau Jawa tentu saja membuat peserta transmigrasi pada medio 1990 ke Riau tidak betah.
Meski diberi tanah seluas dua hektare untuk berkebun sawit dan setengah hektar untuk rumah serta bercocok tanam, sebagian besar memilih kembali ke tempat asalnya.
Banyak faktor membuat hal ini terjadi. Di antaranya, penyesuaian dengan masyarakat setempat dan kebingungan mencari nafkah karena sawit yang ditanam perlu waktu sekitar empat tahun berbuah dan menghasilkan uang.
Namun tidak semua transmigran putus asa. Kesabaran tahunan membuahkan hasil memadai. Mereka yang tetap yakin tetap merawat kebunnya hingga menuai sukses sampai sekarang.
Salah satunya adalah Zainal. Berangkat ke Riau pada tahun 1991 dari Garut, pedagang dodol ini ingin merubah nasib dengan ikut transmigrasi dan bertani sawit di Kabupaten Siak.