Jakarta, EnergiToday– Hingga saat ini Asian Agri sudah mengoperasikan lima pembangkit listrik bertenaga biogas dengan total energi yang dihasilkan mencapai 6 megawatt (MW). Tahun depan, jumlah ini akan bertambah karena ada dua pembangkit yang sedang dalam proses pengerjaan dan hampir rampung serta ada penambahan mesin.
Menurut Manajer Pabrik Parnel Saragih, kelima pembangkit itu masing-masing berada di Sumatera Utara (dua unit), Riau (dua unit) dan satu unit di Jambi.
Saragih menjelaskan, bahwa tenaga biogas ini berasal dari limbah pabrik sawit yang terletak tidak jauh dari instalasi listrik tersebut. Limbah tersebut dialirkan dengan pipa kemudian disaring sebelum dimasukan ke dalam tabung besar.
“Di sini, limbah itu kemudian dipanasi pada suhu 52-55 derajad selsius untuk kemudian menghasilkan biogas. Biogas ini lalu dialirkan ke pembangkit untuk menggerakkan turbin yang selanjutnya menghasilkan listrik berkekuatan 1,2 MW,” ujarnya.
Menurut dirinya, listrik yang dihasilkan dari pembangkit ini dipakai untuk operasional pabrik sawit milik Asian Agri di lokasi tersebut. Itu pun masih ada surplus hingga 300 kilowatt. Tahun depan, kata dia, mereka akan mendapat satu lagi mesin baru guna menghasilkan tenaga listrik lebih besar lagi hingga 1,4 MW.
Bahkan hingga 2020, perusahaan sawit milik pengusaha Sukanto Tanoto itu menargetkan membangun 20 pembangkit listrik tenaga biogas yang akan menghasilkan 40 megawatt listrik. Bila seluruh pelaku industri kelapa sawit di Indonesia melakukan kebijakan serupa, maka masalah listrik nasional bisa teratasi tanpa investasi pemerintah.
Dengan adanya produksi listrik sendiri, Asian Agri tidak lagi menggunakan listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk menggerakan pabrik sawitnya. Justru mereka sedang menjajaki kerja sama dengan PLN agar perusahaan milik pemerintah itu membeli listrik dari Asian Agri. “Tapi ini masih pembicaraan awal sekali,” tukasnya.