Skip to main content

Sukron membawa gelar sarjana Teknik Komputernya ke dalam perkebunan kelapa sawit, dengan harapan dapat menginspirasi generasi muda untuk melihat sektor ini sebagai jalan menuju inovasi dan perubahan ekonomi.

Meninggalkan perkebunan keluarganya di Kabupaten Siak, Riau, Sukron yang bergabung dengan gelombang anak muda dalam pencarian ilmu dan pendidikan yang lebih tinggi, akhirnya berhasil menjadi sarjana Teknik Komputer di Aceh. Namun, sekembalinya ke rumah, ia menyaksikan secara langsung masalah stagnasi yang dihadapi di perkebunan lokal, termasuk milik keluarganya, di mana produktivitas perkebunan menurun. Sukron melihat digitalisasi sebagai solusinya.
“Anak-anak muda masih melihat perkebunan sebagai sesuatu yang ketinggalan zaman, sehingga enggan untuk memasuki industri ini,” katanya. “Tapi terserah pada generasi kami untuk memodernisasi industri ini melalui teknologi.”

Setelah menyelesaikan studinya, Sukron kembali ke Siak dan mengambil alih pengelolaan lahan perkebunan keluarganya. Kini, pria berusia 34 tahun tersebut menjadi Kepala KUD (Koperasi Unit Desa) Bakti Mandiri, yang memiliki anggota lebih dari 400 petani dengan luasan mencapai 1.000 hektar. “Saya bicara pada diri saya sendiri: selain mengambil alih perkebunan keluarga, saya ingin memimpin kelompok ini dan menjadikannya contoh bagaimana kaum muda mampu mendorong pertumbuhan ekonomi,” imbuhnya.

Digitalisasi untuk kelompok tani masih terus dilakukan. “Kami perlu melakukan banyak hal satu per satu. Saya mulai dengan mengembangkan sebuah situs web yang memiliki program kerja dan akan memberikan akses data kepada para petani kecil, membuat pekerjaan lebih transparan dan efisien,” ujarnya.

Pendekatan Kolaboratif untuk Peremajaan

Proses peremajaan kebun kelapa sawit atau replanting juga menjadi isu yang disoroti Sukron sebagai ketua kelompok. “Kami perlu mempertimbangkan biaya yang dibutuhkan untuk melakukan replanting karena sangat mahal. Inilah mengapa saya sangat bersyukur kami dapat bermitra dengan Asian Agri”

Asian Agri memberikan dukungan penting bagi kelompok yang sedang melakukan replanting dengan membantu mereka dalam pengelolaan biaya, pengendalian jadwal, dan penetapan tenggat waktu yang jelas untuk penyelesaian proses peremajaan.

Selain itu, akes terhadap pengunaan bibit unggul Topaz, yang disediakan oleh Asian Agri, telah membantu para petani kelapa sawit dalam menghadapi tantangan masa peremajaan. “Bibit unggul Topaz sangat bermanfaat, dengan hasil panen yang dapat diperoleh sejak tahun ketiga. Pendekatan kolaboratif ini telah terbukti sangat efektif,” ungkap Sukron dalam wawancara sebelumnya dengan Kumparan.

“Menggabungkan gelar Teknik Komputer yang saya raih dengan pengetahuan serta pengalaman orang tua saya tentang industri kelapa sawit sangatlah berharga,” kenang Sukron. “Di era digital ini, ada potensi besar bagi kaum muda di sektor ini, terutama dengan mitra seperti Asian Agri yang memiliki program khusus yang sungguh bermanfaat bagi petani mitra.”