Skip to main content

Kenali program penangkaran burung hantu Serak Jawa sebagai bagian ari strategi Manajemen Hama Terpadu di Asian Agri yang bertujuan mengurangi penggunaan pestisida dalam praktik perkebunan berkelanjutan.

Barn Owl Aviary

Tersiar “kabar burung” di seantero perkebunan Asian Agri. Banyak karyawan dan staff saling bertukar gurauan seperti, “Jangan bilang HRD, kalau ada karyawan yang enggak digaji di sini.”

Para “karyawan” yang dimaksud sebenarnya adalah burung hantu Serak Jawa atau Tyto alba, mereka memegang peranan kunci dalam strategi Manajemen Hama Terpadu (MHT) atau Integrated Pest Management (IPM) di Asian Agri untuk mengatasi masalah hama di perkebunan.

Di Asian Agri, sebenarnya Serak Jawa sudah lama berperan dalam mengendalikan hama secara alami dan efisien. Namun pada 2024, perusahaan meluncurkan program penangkaran tersendiri untuk mempertahankan populasi unggas unik ini.

“Ular akan memangsa anakan burung hantu, menyebabkan penurunan populasinya di perkebunan. Dengan memperkuat jumlah populasinya, kita bisa meminimalisir penggunaan rodentisida atau racun tikus kimiawi,” jelas Dr. Dedek Haryadi, Kepala Departemen Hama & Penyakit di Asian Agri.

Penangkaran Serak Jawa di Asian Agri berkapasitas hingga 50 ekor burung hantu. Tim Riset & Pengembangan mengurus penangkaran yang berlokasi di fasilitas COPPU Asian Agri di Pangkalan Kerinci, Riau, dimana Dr. Dedek dan timnya memantau kegiatan operasionalnya sehari-hari. Asian Agri juga memiliki penangkaran lainnya di Bahilang, Sumatra Utara. Di tahun selanjutnya, Asian Agri menargetkan 100 pasang burung hantu Serak Jawa yang akan dilepasliarkan sesuai dengan kebutuhan tiap kebun.

Penangkaran ini juga mengembangbiakkan tikus putih atau lebih kita kenal dengan sebutan mencit, guna memastikan suplai makanan yang cukup bagi Serak Jawa. Untuk mempertajam insting pemburu alami burung hantu, tikus-tikus dewasa akan dilepasliarkan agar Serak Jawa dapat berlatih mengejar dan menangkap buruannya. “Ada sekitar 900 tikus putih yang ada di sini, untuk memastikan suplai yang cukup untuk memberi makan burung hantu,” pungkas Albertus, Asisten Kepala di penangkaran.

Meskipun sangat efektif dalam berburu, Serak Jawa atau Tyto alba rentan mengalami stres sehingga banyak detail yang harus diperhatikan di penangkaran, seperti tingkat pencahayaan, kebisingan, suhu, kelembapan, dan suplai makanan yang cukup. Proses pemindahan dari penangkaran ke kandang burung hantu atau KBH di perkebunan juga perlu sangat diperhatikan.

“Sebab sebelum dirilis ke perkebunan, burung hantu harus beradaptasi dalam karantina selama seminggu,” jelas Albertus.

Barn Owl Palm Oil

Memajukan Produksi yang Bertanggung Jawab

Sebagai produsen terdepan industri kelapa sawit, Asian Agri menetapkan target ambisius di 2030 untuk memastikan produksi yang bertanggung jawab dan berkelanjutan serta mendukung iklim positif. Untuk mencapainya, Asian Agri menargetkan pengurangan penggunaan pestisida hingga 50%, target yang telah sukses tercapai. Intervensi alami seperti penggunaan burung hantu Serak Jawa atau Tyto alba akan terus menjadi langkah signifikan Asian Agri dalam memperkuat solusi terintegrasi dalam membangun ekosistem produksi berkelanjutan. “Kami mengerti betul peran penting agrikultur dalam pemulihan lingkungan dan penangkaran ini merupakan solusi tepat untuk berkontribusi secara global untuk perubahan iklim”, tutup Dr. Dedek.