“Sebagai ketua KUD dibutuhkan kesabaran ekstra untuk memberikan pengertian kepada petani anggota KUD untuk ikut serta dalam peremajaan lahan. Saya tetap termotivasi menjalankan peran ini karena saya berfikir bagaimana saya bisa berguna bagi sesama di sisa usia saya.”
Bagi Sudiyono, perkenalan pertamanya dengan kelapa sawit dimulai dari usia yang masih sangat muda. Pada 1991, Sudiyono memutuskan memboyong istri yang baru saja dinikahinya untuk merantau ke Pulau Sumatra, tepatnya di Kabupaten Siak, Riau, untuk memulai hidup baru sebagai petani kelapa sawit.
Ia tak pernah menyangka bahwa keputusannya untuk meningkatkan taraf hidup justru membuatnya mendapatkan peran penting bagi kesejahteraan masyarakat di tempat tinggal barunya.
Padahal, ketika pertama kali menginjakkan kaki di kebun sawit, Sudiyono tidak tahu apa yang harus ia kerjakan.
“Saat itu saya masih awam dalam mengurus kebun sawit. Saya tidak mengetahui cara pengelolaan kebun sawit. Dan saya juga belum memiliki keuangan yang memadai untuk mengurus kebun sawit. Untungnya, sejak pertama kali saya terjun ke dunia kelapa sawit, ada pendampingan dari Asian Agri yang membantu mengarahkan bagaimana mengelola kebun sawit,” terangnya.
Namun, Sudiyono berhasil melewati situasi sulit hingga pada tahun 1995 ia dapat mengelola kebunnya sendiri secara langsung, dan menikmati hasil kerja kerasnya selama ini.
“Peningkatan kualitas hidup sangat terasa pada tahun 2010. Tak lama kemudian, saya pun dapat lebih fokus untuk berkontribusi kepada masyarakat melalui Koperasi Unit Desa atau biasa kami singkat KUD,” ungkap Sudiyono.
Berperan melalui KUD
Pada tahun 1994, para petani sawit yang tergabung dalam kelompok tani bersama dengan Sudiyono, sepakat untuk membentuk sebuah Koperasi Unit Desa (KUD) yang mereka namakan KUD Jaya Makmur, yang saat ini diketuai oleh Sudiyono.
“Semenjak saat itu, koperasi menjadi tulang punggung perekonomian masyarakat di daerah ini. Koperasi sangat berperan dalam memfasilitasi kebutuhan masyarakat,” terang Sudiyono.
Bagaimana tidak, setelah 28 tahun berdiri, KUD Jaya Makmur berhasil menyediakan begitu banyak fasilitas yang dibutuhkan oleh 460 Kepala Keluarga yang menjadi anggotanya. Secara langsung, KUD Jaya Makmur juga membantu para petani sawit mengelola total 920 hektar lahan yang mereka miliki.
Mulai dari fasilitas pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS) dari kebun ke pabrik yang terjamin tiba dalam satu hari kerja, fasilitas simpan pinjam yang memungkinkan anggota koperasi untuk mengangsur kendaraan, hingga pengadaan Warung Serba Ada (Waserda) yang menyediakan kebutuhan pokok dan kebutuhan pertanian sehari-hari.
“Saya rasa, salah satu faktor yang memperkuat organisasi ini adalah kepercayaan penuh para anggota kepada kami untuk membantu meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan mereka. Terbukti dari jumlah simpanan sukarela anggota kami yang telah mencapai angka 4,5 milliar,” ungkap Sudiyono.
Dengan semua fasilitas dan pelayanan terhadap masyarakat tersebut, tak heran jika KUD Jaya Makmur pun berlangganan menyabet penghargaan, baik dari pihak swasta maupun instansi pemerintahan. Salah satu pengakuan yang baru saja mereka dapatkan adalah sertifikat akreditasi A, dari Kementerian Koperasi dan UMKM.
“Kunci dari keberhasilan koperasi ini adalah keikhlasan dan kejujuran dalam menjalankan amanat yang diberikan oleh setiap anggota kami,” ia melanjutkan.
Mempersiapkan mental petani kelapa sawit untuk lakukan replanting
Terlepas dari berbagai pelayanan yang dia lakukan, salah satu yang menurutnya memerlukan tanggung jawab terbesar adalah menggiring para petani kelapa sawit anggota KUD Jaya Makmur untuk berani melakukan replanting.
Replanting atau peremajaan kebun sawit merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mewujudkan keberlanjutan di industri sawit, sekaligus meningkatkan hasil kebun dan kualitas buah sawit tanpa membuka lahan baru. Peremajaan kebun sangat dianjurkan untuk dilakukan pada perkebunan kelapa sawit yang telah mencapai usia puncak, yaitu sekitar 25 tahun.
“Mau tidak mau, perkebunan kelapa sawit yang kami kelola akan mencapai titik maksimalnya. Sehingga, replanting itu cepat atau lambat harus dilakukan,” Sudiyono menjelaskan.
“Kami juga mempersiapkan sistem tabungan bagi para anggota kami. Mengingat sejak tahun 2010 hingga sekarang harga kelapa sawit terus meningkat, maka kami menginisiasi program menabung sebesar Rp500,000 per bulan agar para anggota kami dapat menyisihkan uang untuk dana replanting ketika tiba waktunya nanti,” lanjutnya.
Sudiyono menyadari bahwa dibutuhkan kesinambungan antara kesiapan mental dan kestabilan ekonomi para petani kelapa sawit dalam menghadapi replanting.
“Namun, kekuatan mental akan terbentuk dengan sendirinya ketika sudah terwujud ekonomi yang kuat. Oleh karena itu strategi pertama adalah memberikan program yang mempersiapkan topangan finansial bagi anggota kami, selanjutnya dibantu oleh pihak Asian Agri yang menyediakan studi banding dan pelatihan bisnis alternatif untuk membulatan tekad mereka,” Sudiyono menambahkan.
Layaknya setiap bentuk kerja keras, rasa lelah dan beratnya tanggung jawab yang ditanggung akan terbayarkan seiring dengan muncul hasil yang sesuai harapan.
“Setelah melewati proses yang panjang untuk meyakinkan sesama petani kelapa sawit, di akhir tahun 2022 ini kami akan melakukan gelombang replanting kedua dengan jumlah lahan seluas 172 hektar. Bagi saya, hasil kerja seperti inilah yang menjadi sumbu penyemangat agar saya dapat terus hidup dengan menjadi berguna bagi orang lain,” pungkas Sudiyono.