Jakarta, 7 September 2016 – Asian Agri, salah satu perusahaan nasional terdepan di industri kelapa sawit, memanfaatkan pengalamannya bermitra dengan 30,000 petani plasma binaannya sebagai dasar untuk bekerja sama dengan ribuan petani swadaya demi mendulang kesuksesan bersama.
Model kerja sama petani-perusahaan ini telah dikembangkan oleh Asian Agri sejak 3 dekade lalu. Lewat kerja sama ini, para petani plasma diberikan pengetahuan tentang cara berkebun yang baik, akses kepada sarana & praparasa produksi, pendampingan manajemen, transparansi dan juga akses kredit perbankan dan juga akses secara langsung ke proses pembentukan harga sebagai bagian dari transparansi harga yang merefleksikan harga pasar sehingga menghindari diskriminasi harga maupun kecurigaan bahwa harga yang diberikan perusahaan terlalu rendah.
Direktur Asian Agri, Freddy Widjaya menjelaskan, “Penerapan praktik terbaik yang ramah lingkungan sesuai dengan standar global merupakan kunci untuk melanjutkan kesuksesan pengelolaan kelapa sawit.”
Lebih lanjut Freddy mengungkapkan bahwa petani sawit yang belum menjalin kerja sama dengan perusahaan biasanya menghadapi tantangan di lapangan karena posisi tawar petani kelapa sawit selama ini relatif rendah. Bila tidak menjadi mitra perusahaan, ketika musim panen raya tiba, petani harus bersaing untuk menjual tandan buah segar (TBS) ke perusahaan terdekat. Sementara itu, perusahaan memiliki pilihan prioritas yakni mengambil TBS dari petani mitranya. Selain itu, dalam kondisi pasokan TBS berlebih tersebut, perusahaan juga bisa menolak TBS petani yang bukan mitranya bila tidak sesuai dengan standar mereka ataupun karena kapasitas produksi yang sudah terlampaui. Akibatnya, ada kemungkinan TBS petani swadaya tersebut tidak terserap. Bayangkan bila hal ini terjadi, akan sangatlah miris nasib petani kelapa sawit yang merepresentasikan 42% dari sawit nasional.
Dalam beberapa bulan belakangan, produksi TBS petani sudah mulai mem¬baik, setelah tahun lalu dilanda El Nino yang menyebabkan produksi kelapa sawit menu¬run drastis tahun ini. Industri sawit Indonesia masih terus dihujani kritik seputar pengelolaan kebun yang tidak mengikuti standar internasional, termasuk dituding sebagai penyebab kabut asap di musim kemarau panjang. Menyikapi hal ini, petani, perusahaan, masyarakat desa harus bersinergi, membangun pemahaman dan melaksanakan langkah-langkah nyata untuk sawit Indonesia yang berkelanjutan. Dukungan pemerintah melalui regulasi dan pendampingan akan memberi kontribusi yang signifikan terhadap kemajuan industri sawit.
Dengan mengacu pada ketentuan ISPO & RSPO, petani dan perusahaan sawit akan mampu menghadapi kampanye negatif soal lingkungan. “Kemitraan kami dengan petani mendorong penerapan standar perkebunan yang berkelanjutan. Kita harus terus aktif mengambil peran di dalam mendorong maupun memfasilitasi in¬dustri kelapa sawit yang berkelanjutan di Indo¬nesia, untuk persaingan global dengan berbagai macam minyak nabati yang diproduksi negara lainnya,” kata Freddy.
Standar global untuk minyak sawit berkelanjutan dan ketentuan Pemerintah Indonesia melalui ISPO patut dilaksanakan baik oleh perusahaan maupun oleh petani sawit sebagai bagian di dalam menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia terlibat aktif dalam praktik perkebunan berkelanjutan. Dan nyatanya, praktik berkelanjutan sudah menjadi tuntutan pasar saat ini.
Bagi petani swadaya yang belum tergabung dalam wadah seperti kelompok tani, informasi dan penge-tahuan perihal perkebunan berkelanjutan akan berjalan lambat. Kesuksesan pengelolaan kelapa sawit bersama petani harus disampaikan dengan jelas agar tidak menimbulkan keraguan dalam mengambil keputusan. “Kemitraan dengan Asian Agri memungkinkan penyediaan kualitas bibit yang baik dan unggul, kerja sama antar tim, keterlibatan dan pendampingan, pemberdayaan yang berkelanjutan, dan juga pembentukan koperasi petani kecil untuk mengakomodasi kepentingan-kepentingan yang ada.
“Asian Agri yang sejak tahun 2003 telah fokus kepada intensifikasi lahan kebun inti disamping terus membangun kerja sama dengan petani baik plasma maupun swadaya untuk mengelola kebun sawit secara optimal. “Sering kali petani tidak dapat berkebun secara optimal karena ketidakpahaman atas teknik budidaya yang baik, keterbatasan akses terhadap pupuk & sarana produksi lainnya,” ujar Freddy.
Proyek pertama penguatan petani swadaya dimulai Asian Agri di Negeri Lama, Sumatra Utara pada tahun 2012. Kerja sama berlanjut hingga menjangkau petani wilayah Riau dan Jambi. Asosiasi petani Amanah yang merupakan salah satu kelompok petani swadaya di dalam binaan Asian Agri berhasil menjadi asosiasi petani swadaya pertama yang bersertifikat RSPO, dan berkembang dari 763 hektar menjadi 1,048 hektar yang melibatkan 501 kepala keluarga.
Hingga akhir tahun pertengahan 2016, Asian Agri telah menggandeng petani swadaya mengelola 21,000 hektar kebun kelapa sawit di tiga provinsi tersebut. Kolaborasi antara Asian Agri dan petani swadaya berhasil menjadikan program ini meraih medali emas pada CSR Award di tahun 2014.
Di awal tahun 2016, Asian Agri bersama dengan IDH dan Setara Jambi, mengadakan program yang melibatkan 10,000 petani swadaya di provinsi Jambi. Program ini untuk menginventarisasi dan memberikan pengetahuan kepada para petani agar dapat membentuk kelompok dan memberikan pelatihan praktik-praktik kebun terbaik sebagai pondasi di dalam menerapkan perkebunan yang berkelanjutan.
Keberhasilan yang dicapai dari kerja sama dengan petani kelapa sawit ini tentunya dapat menjadi contoh untuk pengelolaan kelapa sawit berkelanjutan di Indonesia.
***
Sekilas mengenai Asian Agri:
Asian Agri Group merupakan perusahaan swasta nasional terkemuka di Indonesia yang memproduksi minyak sawit mentah (CPO) sejak tahun 1979 dan mempekerjakan sekitar 25,000 orang saat ini. Sejak tahun 1987, Asian Agri telah menjadi perintis program Pemerintah Indonesia Perkebunan Inti Rakyat Transmigrasi (PIR – Trans). Saat ini, perusahaan mengelola 100,000 hektar lahan dan bermitra dengan 30,000 keluarga petani di Riau dan Jambi yang mengoperasikan 60,000 hektar perkebunan kelapa sawit.
Keberhasilan Asian Agri menjadi salah satu perusahaan terkemuka CPO telah diakui secara internasional dengan sertifikasi ISO 14001 untuk semua operasinya. Learning Institute di Pelalawan, Riau, serta pusat pembibitan di Kampar, Riau, juga telah bersertifikat ISO 9001. Selain itu, pusat penelitian dan pengembangan Asian Agri di Tebing Tinggi juga telah memperoleh sertifikasi oleh International Plant – Analytical Exchange di lab WEPAL di Wageningen University di Belanda, untuk standar yang tinggi.
Pabrik minyak kelapa sawit dan perkebunan di Buatan, Ukui, Soga, Tungkal Ulu & Muara Bulian juga telah mendapatkan sertifikat ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil).
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Elly Mahesa Jenar |
Manajer Komunikasi Perusahaan |
E-mail: Elly_Mahesa@www.asianagri.com |
DID: +68 230 1119 |
Tel: +62 811 8776 729 |