Tiga puluh tahun yang lalu, kehidupan Novia dan keluarganya bisa dibilang sulit dan penuh dilema. Kedua orang tua Novia ingin memperbaiki nasib keluarga mereka, namun, di daerah asalnya, Jombang, Jawa Timur saat itu sudah padat penduduk sehingga sulit untuk mencari pekerjaan tetap.
Pada tahun 1990, keluarga Novia ditawari untuk mengikuti program transmigrasi Pemerintah (PIR – Trans) merantau ke Pelalawan, Riau, untuk berkebun sawit. Melalui program PIR Trans ini, pemerintah Indonesia mendorong pola kerja sama antara petani kelapa sawit dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit, salah satunya Asian Agri.
“Ketika merantau ke Riau, saya saat itu masih berumur tiga tahun, namun bapak pernah bercerita bahwa ia mendapat informasi kalau PIR-trans ini memiliki prospek yang menjanjikan. Karena bapak bercita-cita ingin mengubah nasib menjadi lebih baik, akhirnya kami hijrah ke Riau dan langsung bermitra dengan Asian Agri,” ungkap wanita bernama lengkap Novia Dyanita Joharnis ini.
Awalnya, Novia dan keluarganya menerima lahan sawit seluas 2 hektar yang dijadikan sebagai perkebunan kelapa sawit dan tempat tinggal. Seiring berjalannya waktu, perkebunan sawit milik keluarga Novia meluas dan semakin maju, bahkan dapat mempekerjakan warga sekitar untuk mengurus kebun sawit mereka.
“Dulu bapak mendapat kebun sawit di tahun 1994 dan bermitra dengan Asian Agri. Sekarang kehidupan kami alhamdulillah sangat berkecukupan. Orang tua saya bisa membiayai kuliah saya dan adik saya hingga tamat. Kami juga bersyukur dapat membantu perekonomian keluarga di Jawa,” ungkap Sarjana Komunikasi dari Universitas Darul Ulum Jombang ini.
Selain mengelola perkebunan sawit mereka, Novia dan keluarga juga memiliki usaha pom bensin mini yang telah dirintis sejak tahun 2017. Bisnis pom bensin mini ini menurut Novia tidak lepas dari salah satu persiapan untuk masa replanting atau penanaman kembali. “Kebun sawit kami sudah didaftarkan untuk replanting dan dijadwalkan untuk awal tahun 2022 mendatang. Bisnis ini juga sebagai salah satu persiapan kami dalam menghadapi replanting sehingga pendapatan kami tidak terganggu selama masa tunggu,” tutur Novia.
Awalnya, wanita kelahiran Lamongan, 18 November 1988 ini berpikir usaha apa yang dapat menghasilkan dan tidak memerlukan tempat yang luas. Kemudian ia melihat bahwa lingkungan tempat tinggalnya di Pelalawan, Riau, mayoritas setiap rumah memiliki dua motor, namun stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) bisa dibilang cukup jauh dari desa.
“SPBU terdekat di sini berjarak 3-4 kilometer, sehingga warga di sini lebih suka membeli bensin eceran untuk menghemat waktu. Dari situlah saya dan bapak berpikir untuk merintis usaha pom bensin mini ini,” jelas wanita berhijab ini sambil tersenyum.
Dalam sehari, Novia mampu menjual total 150-200 liter Premium, Pertalite, dan Pertamax Turbo. Dia menjual Premium seharga Rp 8.000, Pertalite Rp 9.000, dan Pertamax Turbo seharga Rp 12.000.
“Namun, karena mulai 1 Juni 2021 ini Premium ditiadakan di Riau, maka sebagai gantinya, kami menjual Pertamax 92 seharga Rp 11.000,” tambahnya.
Bermodalkan Rp 35 juta untuk membeli mesin dan membangun tempat permanen untuk usaha pom bensin mini ini, kini Novia dapat mengantongi Rp 45 juta per bulannya.
“Alhamdulilah sejak usaha ini dirintis, omzetnya kini lebih besar dari modal awalnya,” kata Novia sambil tertawa.
Berbicara mengenai suka duka menjalani bisnis pom bensin mini ini, wanita beranak satu ini mengatakan bahwa dengan adanya bisnis ini, ia dapat ikut serta dalam membantu masyarakat sekitar desa.
“Kami senang dapat membantu masyarakat desa sekitar, karena kini mereka dapat membeli bahan bakar minyak (BBM) sesuai kemampuan. Misalnya ada warga yang hanya memiliki uang Rp 5.000 tapi ingin membeli BBM, kami tetap melayani,” ungkap Novia.
“Kalau dukanya yaitu harus antri berjam-jam untuk memperoleh Premium. Selain itu, kami juga harus selalu stand-by karena terkadang Premium baru datang tengah malam,” tambahnya.
Untuk memulai bisnis pom bensin mini ini, menurut Novia tidaklah sulit. “Kini sudah banyak produsen mesin pom bensin mini yang menawarkan produk secara online dan harganya kini makin terjangkau. Kemudian yang tidak kalah penting yaitu mencari lokasi yang strategis dan banyak dilalui oleh pengendara motor sehingga peluang untuk didatangi pembeli makin besar,” tutup Novia.