Industri kelapa sawit dan para pihak yang berada di dalamnya menghadapi tantangan terkait pengelolaan kebun sawit yang berorientasi pembangunan global berkelanjutan. Menjawab tantangan ini, maka penting bagi para petani sawit untuk mengadopsi budidaya perkebunan yang berwawasan lingkungan.
Hal ini harus dilakukan demi generasi sekarang dan masa depan, agar para petani tetap mampu mencukupi permintaan pangan yang meningkat seiring dengan pertambahan jumlah populasi global, tanpa membuka lahan baru untuk dijadikan lahan perkebunan.
Meremajakan kembali kebun sawit menjadi satu dari beragam cara yang dapat dilakukan untuk mewujudkan keberlanjutan di industri sawit, sekaligus meningkatkan hasil kebun dan kualitas buah sawit tanpa membuka lahan baru.
Bila replanting menjadi pilihan terbaik, maka para petani kelapa sawit harus mempersiapkan banyak hal jelang proses masa replanting, dimana mereka akan mengganti pohon kelapa sawit yang lama dengan pohon-pohon baru.
Penanaman pohon kelapa sawit yang baru akan membutuhkan waktu sekitar empat hingga lima tahun, hingga akhirnya mulai berbuah dan bisa dipanen. Masa tunggu sebelum panen inilah yang menjadi sumber kekuatiran para petani dalam memutuskan untuk replanting, karena pendapatan pokok akan berkurang selama mereka belum dapat melakukan panen.
Melihat kendala ini, Asian Agri berinisiatif untuk menjadi mitra para petani dalam melaksanakan program peremajaan kebun sawit atau replanting ini.
Asian Agri hadir dengan program replanting yang bertujuan untuk membantu para petani sawit mengatasi keraguan dan ketidaktahuan mereka tentang pelaksanaan replanting.
Program replanting yang dilakukan petani mitra Asian Agri menggunakan bibit unggul Topaz. Pasalnya, penggunaan bibit unggul dalam peremajaan kebun sawit adalah salah satu faktor utama yang dapat membantu mengoptimalkan produktivitas kebun sawit.
Baca selengkapnya di Viva.co.id