Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) / Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro memberi nilai positif kepada sistem kemitraan yang diterapkan perusahaan kelapa sawit guna mengurangi kesenjangan produktivitas petani sawit swadaya, tulis Bisnis Indonesia dalam situ beritanya.
Kesenjangan ini diakibatkan karena kualitas bibit yang kurang baik. Dia menyebutkan produktivitas petani sawit swadaya hanya sekitar 2 ton—3 ton per hektare per tahun.
Sedangkan produktivitas perkebunan swasta 5 ton –6 ton per ha per tahun. Akibatnya, ada ketimpangan kesejahteraan petani sawit dari perkebunan rakyat dan swasta.
“Oleh karena itu, kemitraan dipandang sebagai solusi atas perbedaan produktivitas yang menyebabkan ketimpangan ini.
Praktek terbaik sudah dilakukan, Bappenas ingin membuat skala yang lebih besar dan diekspansi ke berbagai daerah dan komoditas,” kata Bambang.
Dalam acara yang sama, Direktur Corporate Affairs Asian Agri, Fadhil Hasan sepakat kesejahteraan petani sangat ditentukan oleh tingginya produktivitas. Di perkebunan sawit, kemitraan dapat meningkatkan produktivitas kebun sawit rakyat.
Selain menguntungkan petani berupa jaminan pasar, kemitraan juga memberikan kepastian pasokan bahan baku bagi industri. Selain itu, perusahaan juga menghemat biaya pengelolaan kebun karena lebih efisien.
“Ada beberapa biaya yang semestinya dikeluarkan perusahaan kalau mereka mengelola sendiri, bisa hilang dengan kemitraan tersebut,” imbuhnya.
Dia meyakini kemitraan akan menjadi model pembangunan ekonomi di masa mendatang. Kemitraan nantinya tidak hanya terbatas pada perkebunan sawit, tetapi juga kelapa, kakao, kopi, dan teh.