Skip to main content

Beberapa tahun silam, Bikrizan tidak yakin bagaimana cara menafkahi keluarganya.

Kini, berkat kemitraan dan pelatihan dari Asian Agri, ia pun sudah bisa menghidupi istri dan kedua anaknya dan hidup berkecukupan.

Saat ini, usaha perkebunan kelapa sawitnya di Pelalawan, Riau, sudah berkembang dua kali lipat, sehingga ia bisa memberikan pendidikan yang baik untuk anak-anaknya.

“Kini saya punya tujuan hidup, saya tahu bagaimana cara untuk menghidupi keluarga dan saya yakin saya mampu memenuhi kebutuhan mereka”, katanya.

Bikrizan merupakan warga asli Pelalawan yang mendapatkan lahan dari warisan orang tua dan kakek-neneknya. Meskipun begitu, ia sadar jika ia tidak bisa menerima lahan tersebut begitu saja. Ia berusaha untuk mengolah lahan tersebut, sehingga bisa memiliki manfaat lebih baik keluarganya, maupun orang-orang di sekitarnya.

“Hanya karena keluarga saya telah tinggal dan memiliki lahan di sini selama beberapa generasi, bukan berarti kami akan sepenuhnya hidup nyaman. Masih banyak saudara-saudara saya yang terjerat dalam kemiskinan tanpa adanya pemasukan yang stabil,” katanya.

Dahulu, Bikrizan mencari nafkah untuk keluarganya dengan cara membakar hutan. “Kami dulu membakar hutan untuk membuka lahan. Setelah ditanami dan dikelola selama beberapa saat, kami meninggalkannya dan kemudian membuka lahan baru, begitu terus,” ia bercerita. Kemudian, ia sadar akan bahaya pembakaran hutan bagi lingkungan dan efek asap terhadap wilayah di sekitarnya.

Orang tua Bikrizan mulai menanam kelapa sawit pada awal tahun 1990. Meskipun lahan sawit memang sangat menguntungkan, namun pasokannya sangat sulit diandalkan. Bikrizan bercerita saat itu, ia sangat kesulitan mendapatkan hasil panen.

Di tahun 2012, Bikrizan memutuskan untuk mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh Asian Agri. Dalam pelatihan tersebut, ia mendapatkan pelatihan mengenai keuangan dan manajerial untuk perkebunannya. Ia juga mendapatkan benih dari Asian Agri sebagai modal. Produksinya pun saat ini menjadi lebih tinggi dan tidak tergantung lagi pada masalah hama atau cuaca.

“Produksi perkebunan saat ini menjadi lebih tinggi dua kali lipat dan pendapatan semakin naik. Dulu, saya hanya bisa memanen 1-2 ton per hektar, namun setelah mendapatkan pelatihan dari Asian Agri, sekarang hasil perkebunan naik menjadi 4-5 ton per hektar. Penghasilan saya juga naik menjadi 2-4 juta rupiah per bulan,” lanjutnya.

Asian Agri merupakan salah satu pionir dalam program pengembangan masyarakat di Indonesia dan telah bekerja sama dengan banyak petani kecil. Dari 160.000 hektar perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh Asian Agri, 40 persennya merupakan milik petani yang bergabung dalam program Plasma dari pemerintah.

Asian Agri menyediakan pelatihan, bimbingan, dan bantuan keuangan bagi para petani kecil. “Petani swadaya merupakan bagian penting dari perkebunan kelapa sawit, karena itu kita melakukan pelatihan dan bimbingan bagi mereka. Melalui pelatihan, produktivitas dan keuntungan para petani diharapkan dapat meningkat,” kata Ade, Koordinator Asian Agri untuk para petani swadaya. Sebagai perusahaan yang memiliki kebijakan berkelanjutan yang ketat, Asian Agri juga memastikan para petani telah mengikuti prinsip-prinsip tersebut.

Untuk Bikrizan, hidup tidak pernah lebih baik sebelumnya. Sekarang semua telah berubah.

“Setiap hari saya pergi bekerja dengan hati yang gembira, saya tahu apa yang bisa saya dapatkan. Keluarga saya bahagia dan saya pun dapat merencanakan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak saya. Saya harap kami akan memiliki masa depan yang cerah, “katanya.

Klik di sini untuk versi PDF

Leave a Reply

For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.