Skip to main content
Berita

[Go Sumut] Izin Mulai ‘Terkunci’, Bumi tak Bisa Diperlebar, Asian Agri Fokus Bina Petani Swadaya dan Kembangkan Industri Hilir

PERKEBUNAN sawit dan industri minyak sawit tetap menjadi idola dunia meski sudah mulai muncul berbagai komoditi alternatif sebagai pengganti.

 Pertimbangannya, secara ekonomi dan produksi, minyak sawit lebih menguntungkan dari komoditi lainnya. Sayangnya, luas lahan sawit yang diperuntukkan sangat terbatas, apalagi sawit diyakini hanya subur di 10 derajat lintang utara dan selatan garis katulistiwa seperti Jambi, Riau, Sumatera Utara, Sumatera Barat beberapa provinsi di Kalimantan.

Jika Jakarta bisa melakukan reklamasi laut untuk memperluas daratan, namun untuk perkebunan sawit, hal itu tak mungkin ditiru. Karena itu, pada bisnis perkebunan berlaku istilah ”bumi tak bisa diperluas” karena selain areal yang terbatas, izin perluasan juga sudah mulai terkunci dari pemerintah. Namun industri dan perkebunan sawit masih punya ”jalan lain” yang harus dilakukan seperti peningkatan produksi per hamparan hingga mengembangkan industri hilir agar nilai produk semakin tinggi. 

Kebun Asian Agri berada di tiga provinsi yaitu Sumatera Utara, Riau dan Jambi dengan luas sekitar 100 ribu hektar untuk inti dan sekitar 60 ribu plasma dan mitra. Perusahaan ini sudah menggarap bisnis sawit sekitar 30 tahun lalu, dan kini sudah memiliki 27 kebun kelapa sawit dan 20 PKS (pabrik kelapa sawit).

Dengan luasan tersebut, Asian Agri sudah mampu memproduksi CPO (crude palm oil) sekitar 1 juta ton per tahun. Sebuah angka yang tergolong tinggi untuk areal perkebunan yang hanya 160 ribu hektar. Namun permintaan dunia akan minyak nabati ini terus meningkat, karena itu, perlu penambahan produksi.


Baca Selengkapnya di : Gosumut.com

Leave a Reply

For security, use of Google's reCAPTCHA service is required which is subject to the Google Privacy Policy and Terms of Use.